LEMBARAN (Bagian 3)

Dimuat dalam Majalah Wanita Sarinah
Nomor 252 tanggal 18 – 31 Mei 1992
Bonus Novelet


PERISTIWA YANG DAHSYAT

Pembaca yang budiman, sekarang aku lanjutkan lagi cerita cintaku sebelum berumah tangga dengan Asih.
Sejak aku memutuskan untuk tidak datang menghadiri pesta ulang tahun itu, kian terasa mengental saja kerinduanku pada Asih. Aku tidak pernah datang lagi ke rumahnya dan begitu pula ia. Asih mulai kusingkirkan dengan cara yang lebih keji lagi: aku gonta-ganti teman kencan. Toh, untuk apa memikirkan seseorang yang tidak mungkin lagi untuk dicintai? Sampai akhirnya Asih muncul di rumah kontrakanku.
"Kau pengecut! Banci!" teriaknya histeris. "Kau bukan laki-laki! Ayo pakai rok, kebaya, konde, kutang! Kau lebih pantas jadi—."

LEMBARAN (Bagian 2)

Dimuat dalam Majalah Wanita Sarinah
Nomor 252 tanggal 18 – 31 Mei 1992
Bonus Novelet


TANTE PIN
Duh, Pembaca yang budiman, apakah Anda akan menganggapku picik, kerdil dan tidak jantan? Karena tidak mengatakannya saja pada Asih apa yang sebenarnya kurasakan? Atau, apakah Pembaca mencapku seperti remaja SMA yang mencinta takut-takut dan menyembunyikannya jauh-jauh? Mungkin juga Pembaca telah menuduhku salah mengartikan kebaikan orang lain dalam hal ini Asihdengan sebuah ungkapan manis cinta dan kerinduan.

LEMBARAN (Bagian 1)

Dimuat dalam Majalah Wanita Sarinah
Nomor 252 tanggal 18 – 31 Mei 1992
Bonus Novelet


langit pecah dan bulan jatuh
menggolek di padang.  Jauh
aku: terbaring serta 'sama bulan yang luka
 matahari di atas tertawa
 sambil melangkah pulang

KEADAAN...

Aku duduk dengan tidak bersemangat di ruang tamu. Koran sore yang baru saja diantar loper kubalik-balik dengan enggan. Secangkir teh dan biskuit kaleng terhidang di atas meja. Asih duduk tenang sambil terus menyelesaikan bacaannya, sebuah novelet di majalah wanita. la tidak sekali-sekali menoleh atau melirik padaku yang terus saja memaparkan kegelisahan.