Dimuat di Majalah ESTAFET
Nomor 67 Tahun VII Juni 1991 hal 66-67
UNTUK pertama kalinya Sari
menangis. Layar monitor televisi ditatapnya dengan nanar. Biasan gambar itu
seperti dengan tajam mengiris bola matanya.
Sari tercekat ketika suara
penyiar terdengar bergaungan di benaknya yang menyebut nama Papa
berulang-ulang. Suara penyiar itu menghujam jantung Sari. Nyeri.