SESAL

Dimuat di Majalah ESTAFET
Nomor 67 Tahun VII Juni 1991 hal 66-67

UNTUK pertama kalinya Sari menangis. Layar monitor televisi ditatapnya dengan nanar. Biasan gambar itu seperti dengan tajam mengiris bola matanya.
Sari tercekat ketika suara penyiar terdengar bergaungan di benaknya yang menyebut nama Papa berulang-ulang. Suara penyiar itu menghujam jantung Sari. Nyeri.

DALAM BAYANG PURNAMA

Dimuat dalam Majalah Wanita Kartini
Nomor 467 tanggal 12 – 25 Oktober 1992



SELESAI penutupan kuliah oleh Profesor Kusnandar, Ir. Marni segera membenahi buku-bukunya. Tiga buah buku tebal dimasukkannya dengan tergesa ke dalam tas.
“Kelihatannya Anda terburu-buru," sapa Ir. Bastian dengan nada bersahabat dan simpatik.
Ir. Marni mengangkat mukanya. Matanya mengawasi dengan cermat laki-laki yang berdiri tenang di samping mejanya. Sambil mengancingkan restluiting tasnya, Ir. Marni menjawab sekenanya, "Saya kira akan segera turun hujan. Sangat tidak enak terperangkap di sini dalam hujan deras."

Abu Hanifah

ABU HANIFAH
Bagian Satu
“Saya tidak pernah melihat seorang yang lebih berakal, lebih mulia dan lebih wara' dari Abu Hanifah.” (Yazid bin Harun)
Sekilas tentang kehidupannya
Abu Hanifah memiliki wajah bagus dan rupa nan elok serta ucapan yang fasih dan manis. Ia tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek, selalu memakai pakaian yang bagus dan enak dipandang, demikian juga suka memakai minyak wangi, orang akan mengetahui Abu Hanifah dari bau harum minyak wanginya sebelum ia terlihat. Itulah an-Nu'man bin Tsabit bin al-Marzuban yang dikenal dengan nama Abu Hanifah, orang yang pertama kali menyingkap keutamaan dan keistimewaan yang ada dalam ilmu fiqih.

Ibnu Taimiyah

Ibnu Taymiyah

Taman rindang itu dipenuhi beraneka tanaman. Bunga-bunga mewangi, sementara buah ranum menyembul disela-sela dahannya yang rimbun. Disatu pojok, sebatang tunas tumbuh dan berkembang dengan segarnya. Batangnya kokoh, rantingnya dihiasi pucuk-pucuk daun lebat dengan akar terhujam kebumi. Tunas itu khas. Ia berada ditempat yang khas. Jika fajar menyingsing sinar mentari menerpa pucuk-pucuknya. Ketika siang menjelang ia dipayungi rimbunan dahan di sekitarnya. Dan saat petang beranjak, sang raja siangpun sempat menyapa selamat tinggal melalui sinarnya yang lembut. Sang tunas tumbuh dalam suasana hangat. Maka tak heran jika ia tumbuh dalam, berbuah lebat, berbatang kokoh dan berdahan rindang. Tunas itu adalah Taqiyyudin Ahmad bin Abdilhalim bin Taymiyyah.

Senyap



Hujan baru saja menyambut gelegar petir dan kilatan di langit. Amat deras. Angin berlari seperti tergesa menuju entah ke mana. Bumi menelan sendunya.... Bukittinggi murung dalam balutan kabut yang tebal. Simpang siur kendaraan terhenti oleh gemuruh hujan yang dibawa angin.

Mengapa Lembah Hati


Telah begitu banyak tentang 'hati' yang muncul di blog. Masih saja nama itu terlintas dalam benak saya dan kemudian menjadi tema blog ini pula. Begitulah, hati adalah tempat di mana semua bisa lebih terbuka, fair dan adil. Jujur dan ikhlas. Hati bisa mengalahkan pikiran dan otak manusia. Hati yang sesungguhnya adalah nurani yang sebenarnya. Di dalam lembahnya, di jurangnya yang paling dalam, di situlah bersemayam segala kearifan, kesadaran dan semua esensi dari penyerahan secara totalitas kepada Khalik.