laut beriak tetapi angin menukik
menara berpasir dijauhi elang
laut
sungai menangisi kesepian
“mengiangkan
kau begitu jauh”
ketika salam menggamit angin
membeku
ada yang berkedip, telentang
sunyi
dari adam hawa, nafas cinta
dihembuskan
namun keraguan yang sederhana
membelit
tengadah: “engkau amat berliku,
jauh…”
rumah tempat pulang telah menutup
pintu
terpalang penjaga yang kaku
: bukankah mata telah mengalirkan
darah?
aku cintai engkau jauh, dari
pelabuhan di haluan
kapal yang mulai oleng
“Biyung yang agung, lihatlah
sunyi anakmu”
waktu melesat, menjerembabkan
matahari
namun matamu mengerjapkan
permintaan
“terbangkan aku!” sambil
mengelupas kelopak bunga
aku melangkah di lengkung kaki
langit
menikmati sunyi memintal sepi
teriris
dari arah menghilang dalam sunset
mencari engkau yang berliku,
jauh…
1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar