Sekelas 200 Orang Lebih


duduk menekuri punggung-punggung berderet
jauh: depan-belakang, keringat mengalir juga
filsafat-filsafat yang dilantunkan oleh profesor
lewat menambah keringat
(suatu hari, di ruang kuliah, aula A penuh sesak)

garis depan bicara lain

baris belakang teriak-teriak
mengharap derap ke pintu sarjana
yang melayang-layang di pagu
"Prof, mari kita pulang," kata para mahasiswa yang duduk
berdempet di ruang pengap bau keringat-nafas-rambut basah
tempat di mana calon sarjana diasah-tempa
dijajal tuju impian-impian pasca bertoga

"Baiklah, kita pulang. Di sini memang bukan tempat yang

cocok untuk belajar," profesor menelan kecewanya yang tua

pemikir-pemikir bertoga takjub ketika tahu bahwa

di luar kampus tak ada bangku-bangku...


1992

Tidak ada komentar: