JEJAK DI PERSIMPANGAN

jejak telah terbang ditiup
angin melayang-layang sampai ke langit
tertawa ejek kelelahan yang tak pulang
di langit ada awan
hendak memagut dosa ke dosa sampai
hari tepati janji tuk tagih hutang masa
: pelan sekali guntur mencabik

saat hujan datang dalam angin
di tempat tak berwaktu
legam sudah putih diri
jadi lukisan dosa yang tak indah
: sayang, hanya sesal tanpa ubah
sampai diri takut pada hati

di simpang dua arah ada rambu
tak untuk dipilih jalan tuk ditempuh
hanya dua rambu
bukan untuk dipilih!

(apakah hanya duduk di atas jejak
di persimpangan? menunggu hari datang?
dalam dosa yang tiada berampun?)

November 1991

Harian Singgalang, 15 Desember 1991

Tidak ada komentar: